Apa Itu Cataplexy: Penyebab, Gejala, dan Cara Mengatasinya
Cataplexy adalah gangguan neurologis yang ditandai dengan melemahnya otot secara tiba-tiba akibat respons terhadap emosi yang intens. Meskipun terlihat seperti kejang atau pingsan, penderita cataplexy sebenarnya tetap dalam kondisi sadar penuh selama serangan berlangsung.
Kondisi ini sering dikaitkan dengan narkolepsi tipe 1, sebuah gangguan tidur kronis yang ditandai dengan rasa kantuk berlebih di siang hari. Namun, cataplexy dapat muncul sebagai gejala utama atau berdiri sendiri dalam kasus yang lebih jarang. Artikel ini akan membahas penyebab, gejala, serta cara mengelola cataplexy secara lebih mendalam.
Apa Penyebab Cataplexy?
Penyebab utama cataplexy berkaitan dengan penurunan kadar hormon hypocretin (atau oreksin), yaitu zat kimia di otak yang bertanggung jawab dalam mengatur siklus tidur dan menjaga otot tetap aktif selama aktivitas emosional. Penurunan ini bisa disebabkan oleh:
- Kelainan autoimun yang merusak sel-sel penghasil hypocretin
- Cedera otak atau trauma kepala
- Faktor genetik atau riwayat keluarga dengan gangguan tidur
- Infeksi yang memicu reaksi imun tubuh terhadap sistem saraf
Meskipun tidak semua penderita narkolepsi mengalami cataplexy, sebagian besar kasus cataplexy ditemukan bersamaan dengan narkolepsi tipe 1.
Gejala Cataplexy yang Umum Terjadi
Cataplexy biasanya dipicu oleh emosi positif maupun negatif, seperti tertawa terbahak-bahak, rasa malu, marah, hingga kaget. Serangan bisa ringan atau berat, dan gejalanya berbeda-beda pada setiap individu.
1. Kelemahan Otot Tiba-Tiba
Gejala paling khas adalah otot tubuh yang tiba-tiba melemah, terutama pada wajah, rahang, leher, atau kaki. Misalnya, seseorang bisa tiba-tiba tidak bisa berdiri tegak, terkulai saat tertawa, atau menjatuhkan barang dari tangannya tanpa bisa mengendalikan.
2. Bicara Pelo atau Tidak Jelas
Saat cataplexy menyerang area otot wajah dan tenggorokan, penderita dapat mengalami kesulitan bicara. Suara menjadi seperti pelo, lambat, atau bahkan tidak dapat terdengar jelas.
3. Gangguan pada Mata
Banyak penderita mengeluhkan kelopak mata yang tiba-tiba terasa berat dan menutup. Bahkan, beberapa di antaranya tidak bisa membuka mata selama serangan berlangsung, meskipun otaknya masih waspada.
4. Terjatuh Secara Tiba-Tiba
Pada kasus berat, penderita bisa tiba-tiba jatuh ke lantai karena kehilangan kontrol otot sepenuhnya. Meski terlihat seperti kehilangan kesadaran, nyatanya mereka tetap sadar dan bisa mengingat kejadian tersebut dengan jelas setelahnya.
5. Sadar Sepenuhnya Selama Serangan
Inilah yang membedakan cataplexy dari epilepsi atau pingsan. Penderita cataplexy tidak kehilangan kesadaran dan masih bisa mendengar, melihat, serta memahami apa yang terjadi di sekitarnya, meskipun tidak bisa merespons secara fisik untuk sementara waktu.
Cara Mengatasi dan Mengelola Cataplexy
Cataplexy memang tidak bisa disembuhkan sepenuhnya, tetapi ada beberapa metode pengelolaan yang dapat membantu mengurangi frekuensi dan intensitas serangan:
1. Konsumsi Obat Sesuai Anjuran Dokter
Dokter biasanya meresepkan obat seperti antidepresan (misalnya SSRIs atau SNRIs) untuk menekan gejala cataplexy. Selain itu, obat seperti sodium oxybate juga digunakan secara khusus untuk mengelola narkolepsi dengan cataplexy.
2. Menjalani Terapi Psikologis
Terapi kognitif dan perilaku (CBT) dapat membantu penderita mengelola emosi pemicu serangan. Konseling juga dapat mengurangi rasa malu atau stres akibat mengalami cataplexy di depan umum.
3. Mengatur Pola Tidur yang Konsisten
Waktu tidur yang tidak teratur dapat memperburuk serangan cataplexy. Usahakan tidur dan bangun di jam yang sama setiap hari, serta tidur cukup 7–9 jam per malam untuk menjaga kestabilan sistem saraf.
4. Hindari Konsumsi Alkohol dan Kafein Berlebih
Alkohol dan kafein dapat memicu gangguan tidur dan memperburuk gejala cataplexy. Kurangi asupan zat ini, terutama menjelang waktu tidur.
5. Beri Edukasi kepada Orang Sekitar
Orang dengan cataplexy bisa merasa malu atau dikira berpura-pura. Oleh karena itu, penting untuk mengedukasi keluarga, teman, atau rekan kerja agar mereka memahami bahwa serangan cataplexy bersifat medis dan membutuhkan empati, bukan stigma.
Kapan Harus Periksa ke Dokter?
Jika Anda atau orang terdekat menunjukkan gejala kelemahan otot mendadak saat mengalami emosi kuat, sebaiknya segera konsultasi ke dokter saraf. Diagnosis yang tepat bisa dilakukan melalui evaluasi klinis, pemeriksaan tidur (polysomnography), serta uji kadar hypocretin di cairan otak jika diperlukan.
Cataplexy adalah gangguan neurologis yang bisa berdampak signifikan terhadap kualitas hidup. Meskipun tidak membahayakan nyawa secara langsung, serangannya bisa menyebabkan cedera dan gangguan sosial jika tidak dikelola dengan baik. Dengan dukungan medis, psikologis, dan lingkungan yang memahami, penderita cataplexy tetap bisa menjalani kehidupan yang aktif dan produktif.